Mereka Ada Bersama Kita

Mental Illness, Portofolio, Thought

Tulisan ini akan menjadi sangat panjang. Jadi siapkan mental. Jangan malas duluan. In syaa Allaah this is worth to read.

#1

Daun-daun terus berguguran, semakin menumpuk menutupi halaman. Sesekali tetangga-tetangga bantu menyapunya.

Debu-debu juga tak mau kalah, menyelimuti etalase toko depan rumahnya. Jarang sekali pembeli datang jika bukan tanpa keterpaksaan. Uang kembalian bisa sangat lebih atau sangat kurang.

Jangan tanya kondisi di dalam rumah. Hanya dia di sana hidup seorang, meski keluarganya sangat berkecukupan, lebih bahkan. Namun rumahnya selalu sepi, terus sepi.

Tanpa tawa, dia hanya terduduk dengan tatapan hampa.

Mendengar Untuk Belajar

Portofolio

Yow yow all the readers! Kaifa haaluk? Ana bikhayr!

So! One week ago, on friday saya ada bukber SD di SD saya. Berangkat dari Ciputat abis rusuh-rusuh UAS. Biasa, because the traffic was so crowded (rush hour friday on ramadhan bro). So I’m late~ setengah tujuh baru sampai komplek dimana SD saya berada.

Turun dari bus kp Rambutan-Bogor pake kesandung dulu (salah satu kebiasaan saya, kesandung). Then jalan kaki tuh, nah, pas di jembatan masuk komplek, ada dua remaja laki-laki dengan kemeja batik dan peci lagi smoking, dilihat dari postur dan wajahnya nampak bukan orang pulau sini (not rasis yak). Pas saya lewat, macam dilihatin. Terus mereka buang rokok mereka. Actually saya takut, because setelah itu saya merasa mereka mengikuti saya jalan.